A Sulk (Merajuk)

1398145940421

Author : Blue Rose

 

Title : A Sulk (Merajuk)

Genre : Fluff

Length : Ficlet

Rate : PG15

Cast : Lee Donghae, Kim Yookyung

 

 

Kumatikan televisi dengan perasaan kesal, lalu remote tv aku lempar ke lantai hingga penutup dan batu batereinya keluar dari tempatnya.

Nafasku memburu. Ingin meluapkan emosiku yang meluap-luap.

Aku marah.

Tentu.

Apa kalian ingin tahu alasanku marah dan membanting remote tv?

Itu karena suami ikanku alasannya.

Kenapa dia?

Karena dia begitu menyebalkan! Sangat menyebalkan.

Aku tahu itu hanya rekayasa belaka, tapi yang aku tidak bisa terima adalah kenapa Donghae Oppa langsung setuju saja?

Ji Hyun, nama gadis yang aku tahu salah satu member 4Minute. Gadis yang cantik dan ia pernah bermain drama bersama Donghae Oppa.

Dan ini adalah salah satu resiko yang harus kutanggung jika menikah dengan salah satu artis Negeri ini. Seorang dari member Boy Band yang cukup atau mungkin bahkan terkenal di luar sana, Super Junior.

Tapi, wajar kan jika aku cemburu?
Aku ini istrinya. Istri dari Lee Donghae. Dan semua orang tahu kenyataan itu.

Oh mungkin aku terlalu bertele-tele.
Ok, akan aku jelaskan alasan mengapa aku marah.

Alasan pertama, aku cemburu, itu sudah jelas.
Alasan kedua, marah dan kesal. Kenapa? Karena Donghae Oppa sangat tidak perhatian padaku.

Tadi, saat Ji Hyun menelpon dia menjawabnya dengan suara lembut. Berbeda sekali jika aku yang menelponnya. Ketus. Dan satu lagi, dia itu pelit. Ingat, P-E-L-I-T. Sama saja jika dibandingkan dengan Leeteuk ataupun Hyukjae Oppa.

Tapi kenapa saat tadi Ji Hyun mengatakan ingin meminjam uang 500.000 juta won dia langsung mengiyakan tanpa pikir panjang?
Sedangkan aku? Jika aku yang meminta bantuannya agar membantuku menambahi uang untuk membeli tas, dia tidak mau? Aku hanya memintanya menambahi 100.000 ribu won saja dia tidak mau, sedangkan Ji Hyun 500.000 juta won.

Lebih banyak mana coba?

Sudah kuputuskan, aku akan merajuk padanya mulai sekarang. Akan kudiamkan dia. Tidak akan melakukan tugas harian sebagai istri dari sekarang. Biar saja dia marah atau menganggapku istri yang tidak patuh, aku tidak perduli.

Aku marah dan cemburu!

Kekanakan? Masa bodoh!

Ting Tong.

Terdengar suara bel rumah berbunyi nyaring, tapi aku tidak akan membuka pintu untukmu, Oppa. Lagi pula, kau tahu kodenya untuk apa memencet bel segala? Kau ingin aku menyambut ke pulanganmu seperti kemarin-kemarin huh? Oh no, setidaknya saat ini. Karena aku sedang marah padamu.

“Kyung-ie, kenapa kau tidak membuka pintu dan menyambutku seperti biasa, eum?”

Aku diam, tidak menyahut.

“Kau kenapa?”

Sekarang Donghae Oppa sudah duduk di sampingku dan memaksa agar aku menatap ke arahnya.

“Kau marah?”

Aku hanya menatapnya datar tanpa suara. Donghae Oppa menunggu jawaban, tapi maaf saja, aku enggan menjawabnya Oppa. Aku merajuk padamu.

“Yoo,”

Suara lirih dan tatapan sayumu tidak akan meluluhkanku. Jadi, percuma saja kau pasang wajah itu sekarang.

“Sekarang apa lagi yang sudah Oppa lakukan dan salah di matamu? Palli malhebwae.”

“Yoo…” Di guncangkannya bahuku dengan pelan.

Terpaksa aku menatapnya malas, “Aku ingin tahu alasanmu kenapa kau dengan mudahnya menjawab ‘ya’ saat Ji Hyun mengatakan ingin meminjam uang 500.000 juta won padamu? Sedangkan aku yang meminta 100.000 ribu untuk menambahi uangku agar bisa membeli tas, kau banyak alasan. Apa karena dia sudah kau anggap adikmu sehingga kau langsung mengiyakannya?”

“Yoo, itu…”

“Dan kenapa saat Shindong Oppa mengatakan 700.000 juta W pun kau tetap mengatakan ‘ya’, beri aku alasan Oppa?”

Aku tatap dia kesal dan perasaan jengkel. Yang istrinya itu aku atau Ji Hyun, sih? Kenapa suami ikanku ini langsung saja bilang ‘ya’ dengan mudahnya, sedangkan padaku banyak sekali alasannya, dari A-Z. Ck!

“Ya ampun, Yoo. Itu kan hanya bohongan ten–”

“Aku tahu itu rekayasa untuk mengerjaimu. Tapi tetap saja ini tidak adil bagiku. Kau langsung saja setuju ketika Ji Hyun bilang ingin pinjam uang dan tidak tahu kapan bisa mengembalikannya. Sedangkan padaku?”

Kupalingkan wajah ke samping, tidak ingin melanjutkan kalimatku atau menatapnya. Moodku berubah buruk setelah melihat acara itu.
Tadinya aku pikir ingin memberitahunya jika aku sedang mengandung 3 minggu. Tapi sekarang…

Hahhh … Sudahlah!

“Tapi Oppa tidak tahu jika Ji Hyun hanya di suruh Shindong Hyung, Yoo. Oppa pikir itu sungguhan.”

“Oh- jadi kalau itu sungguhan kau akan benar meminjamkannya, huh?”

Aniya, bukan begitu ju–”

“Bukan begitu apa? Sudah jelas kau bilang iya saat Shindong Oppa bertanya seandainya itu benar. Bagus, kau memang orang yang murah hati dan baik. Malam ini kau tidur di kamar sebelah, aku tidak ingin tidur denganmu.”

Dengan segera kuberdiri lalu pergi meninggalkannya yang masih duduk di sofa, tempat tadi aku menonton tv sebelum dia pulang.

“Ya! Yoo-ya, chakkamannyo!”

Tak aku hiraukan panggilannya yang menyusulku. Langsung saja aku tutup pintu kamar dengan keras begitu dia sudah di depan pintu dan berniat masuk.

Maaf Oppa. Aku akan tega padamu mulai sekarang.

Aegi, jangan marah karena Appa ikanmu Eomma hukum? Biar dia tahu rasa. Eomma kesal padanya.” tanganku mengelus perut yang masih rata.

“Kita tidur saja, eoh..” kembali mengajaknya bicara sambil memutar tanganku pelan di atas perutku, kemudian terkekeh geli mendengar aku bicara sendiri.

“Yoo-ya, buka pintunya.”

Aku alihkan pandangan ke arah pintu yang di ketuk berulang kali oleh Donghae Oppa.

“Huh, siapa suruh kau tidak mau membantuku membeli tas. Maaf Oppa, aku tidak akan merubah keputusanku untuk tidak merajuk. Aku akan tetap merajuk sampai kau mau membelikan tas LV yang aku mau.” Kuharap dia mendengar suaraku.

“Yoo-ya!”

“No way, Oppa. Kau tidur saja dengan Bunny.”

Siapa itu Bunny?

Bunny adalah boneka kelinci besar hadiah dari Sungmin Oppa saat aku ulang tahun bulan lalu. Boneka kelinci warna putih. Sangat lucu.

Mwoya? Aku tidak mau. Malam ini sangat dingin Yoo, masa kau tega pada Oppa dan membiarkanku tidur dengan Bunny? Oppa ingin tidur dengan memelukmu Yoo.”

“Itu urusanmu. Sudah sana pergi, jangan ganggu aku.”

“Yoo…”

Suaranya begitu lirih. Bagus, kau pintar Yoo. Donghae Oppa pasti menyesal.

“Yoo-ya... Buka pintunya, jebalyo. Oppa janji besok berikan uang padamu untuk membeli tas itu, tapi buka pintunya, hm?”

Kau merayu?
Oh sorry, boy, sudah tidak mempan.

Langkah kakiku membawa menuju ranjang, naik ke ranjang tidur dan bergelung dalam selimut.

Ah– nyaman.

“Yoo-ya… Ayo-lah, buka pintunya lalu kita beli tas yang kau inginkan kemarin itu.”

“Aku sudah tidak ingin tas Channel, Oppa. Tas itu sudah di beli oleh Jee Ah Eonnie kemarin.” Seruku dari balik selimut.

Aku terkikik setelah mendengar gerutuannya.

“Baiklah, apapun yang kau mau akan Oppa belikan. Tapi buka pintunya,”

Hohoho.. Kau menyerah? Sayang sekali, tidak semudah itu suamiku sayang.

Aku mengantuk, lebih baik tidur saja. Tidak perduli lagi dengan rayuan Donghae Oppa di luar kamar sana. Aku mau tidur. Ini nyaman dan hangat.

END

8 comments

Leave a comment