The Teen Bride Part 3

image

Author : Bluerose8692

Title : The Teen Bride Part 3

Genre : Marriage live, Drama, Romance

Length : Series

Rate : PG17

Cast : Lee Donghae, Kim Yookyung

*****

Awan kelabu masih setia mengiasi langit. Hawa dingin pun masih melingkupi sebagian kota. Butir salju masih terus turun, memenuhi kota dengan hamparan warna putih.

Hari sudah beranjak larut ketika seorang wanita memasuki tempat tinggalnya beberapa minggu terakhir ini. Yoo Kyung mengganti sepatu dengan sandal rumah ketika berhasil melepas mantel perginya, menggantungnya di tempat biasa.
Wanita itu menelisik keadaan rumah dengan lampu yang sudah menyala. Ia langkahkan kakinya menuju sofa ruang tamu, berseberangan dengan dapur.

“Oppa..” Yoo Kyung mencoba memanggil seseorang yang tinggal dengannya selama beberapa minggu terakhir ini. Donghae. Tidak ada sahutan. Yoo Kyung memilih menuju dapur lebih dulu sebelum mencari suaminya. Tenggorokannya terasa kering.

Terdengar suara pintu yang tertutup, wanita itu kontan menoleh, ia mendapati Donghae yang keluar kamar, sepertinya pria ini baru selesai mandi karena sebagian rambutnya terlihat basah juga wajahnya terlihat lebih segar. Tapi, kenapa wajahnya seperti itu? Masam.

“Kau baru pulang, Yoo?” Donghae menghampiri Yoo Kyung yang sedang meneguk air minum. Wanita ini hanya mengangguk.

“Dengan siapa kau pulang?”

Yoo Kyung menyerngit heran mendengar pertanyaan Donghae ini. “Sendiri, wae?”

“Naik apa?” Donghae kembali bertanya, ia merasa tidak yakin akan jawaban istrinya ini.

“Naik bus,”

“Jincha?” Yoo Kyung mengangguk, mengiyakan. Itu benar, ia memang pulang naik bus.

“Oppa ini kenapa? Kau aneh sekali, biasanya juga tidak bertanya.” tanya Yoo Kyung yang kini menghampiri Donghae. Pria ini berdiri dengan bersandar ke dinding.

“Tadi siang, di cafétaria. Kau bicara dengan siapa?” Donghae kembali bertanya, kali ini sarat dengan keingintahuan. Yoo Kyung berdiri dihadapan Donghae, memajukan sedikit wajahnya, menilai apa yang terjadi dengan prianya ini. Kenapa tiba-tiba jadi begini?

Donghae yang tidak sabar ikut memajukan wajahnya dan mengecup bibir Yoo Kyung sekilas. Wanita ini mengerjap kaget.

“Oppa!!”

“Ciuman selamat datang, dan kau belum menjawab pertanyaanku. Aku menunggu, Mrs. Lee.” Donghae menyilangkan tangannya, menunggu Yoo Kyung bicara. Tapi, istrinya ini justru berlalu tanpa menjawab pertanyaannya.

Donghae menarik lengan Yoo Kyung sehingga wanita ini berhenti dan berbalik, mereka kembali bertatapan.

“Kau belum menjawab pertanyaanku, Mrs. Lee..” Donghae mencoba bersabar menghadapi sikap Yoo Kyung.

Yoo Kyung tersenyum dan mendekat, mengalungkan tangannya ke leher Donghae, kemudian berbisik, “Kau sedang cemburu hum?” Bisiknya lirih.
Wanita ini kembali memandang suaminya, tersenyum manis.

“Aku tidak cemburu. Aku hanya bertanya siapa orang itu, apa aku salah?” Sangkal Donghae dengan memalingkan wajahnya ke arah lain. Yoo Kyung terkekeh, Donghae tersipu tapi masih mengelak?

“Park Jong Soo, sunbaeku di kelas Desain. Tiga tingkat dariku. Apa itu cukup hum?” Yoo Kyung memalingkan wajah Donghae sehingga mereka kembali bertatapan. Yoo Kyung dapat melihat tatapan tidak suka dari pria ini.

Kenapa ia bisa mempunyai suami yang begitu pencemburu?

“Apa yang Oppa cemburukan darinya? Kami hanya sebatas hobae dan sunbae, tidak lebih. Aku pun baru mengenalnya beberapa hari.” Lanjut Yoo Kyung karena keterdiaman Donghae.

“Lalu, untuk apa kalian sampai berpegangan tangan?”

See, Donghae sekarang tidak bisa menyembunyikan lagi rasa cemburunya. Yoo Kyung tersenyum senang.

“Ah–itu..” Yoo Kyung menggantung kalimatnya.

“Itu apa?” Tanya Donghae tidak sabar. Ia sangat penasaran apa yang di bicarakan oleh mereka. Kedua lengannya ia letakkan di pinggang Yoo Kyung, menariknya mendekat.

“Apa Oppa sudah makan?” Sengaja, Yoo Kyung mengalihkan pembicaraan mereka. Ia ingin tahu bagaimana reaksi Donghae bila sedang cemburu.

Apakah ia tega?

Tidak apa-apa, sesekali kan tidak masalah, pikirnya.

Donghae menghentakan kaki kesal, istrinya ini justru mengalihkan pembicaraan dengan bertanya apa ia sudah makan?
Ini sungguh menguras kesabarannya.

“Tidak selera,” jawabnya asal. Ia kesal dan marah.

Yoo Kyung berjalan menuju lemari pendingin dan mulai mengeluarkan bahan makanan untuk di olah, membiarkan Donghae yang terus berkomat-kamit tanpa suara.

“Eum.. Bagaimana kalau aku masak chicken doritang dan capjae?. Oh! Juga sup ginseng. Udara di luar cukup dingin.” Usulnya dengan semangat.

Donghae duduk di kursi makan, tidak menjawab pertanyaan Yoo Kyung. Ia masih kesal. Tidak ingin bicara sepatah pun, yang dilakukannya saat ini hanya terus memperhatikan istrinya yang sedang memasak. Biasanya ia akan ikut andil ketika istrinya itu memasak, tapi kalau dalam suasana hati yang baik.

Yoo Kyung tidak ambil pusing akan sikap suaminya ini, ia sibuk memotong sayur dan ayam untuk di masak. Ia kadang bersenandung kecil agar tidak bosan karena pria ini diam saja.
Kurang lebih 1 jam memasak, ia menyelesaikannya. Wanita ini meletakan semua hasil memasaknya tadi di meja tanpa bantuan Donghae.

Ke mana Donghae?

Ada. Pria ini ada di sana. Duduk manis dalam diam, tidak merubah posisinya sejak istrinya ini mulai memasak. Memasang wajah masam, tidak tersenyum sedikitpun.

“Tadaaaa!!” Seru Yoo Kyung bertepuk tangan dengan senang begitu melihat hasil memasaknya hari ini.

“Sepertinya enak,” ucapnya antusias dan mulai mengambil mangkuk untuk di isi nasi serta sup ginseng, karena cuaca dingin jadi ia memasak sup ginseng agar badan terasa lebih hangat, selain itu juga menyehatkan.

Donghae mengerjap dan menatap bingung ke arah Yoo Kyung yang mengacungkan sumpit beserta mangkuk yang terisi penuh nasi.

“Makanlah, aku tahu Oppa pasti lapar.” Yoo Kyung tersenyum setulus mungkin. Donghae mengambil alih mangkuk dan sumpit itu.

“Cobalah, Oppa.” Pinta Yoo Kyung dengan menunjuk mangkuk nasi Donghae. Pria ini ragu-ragu menyuapkan sesuap nasi ke dalam mulutnya.

“Apa enak?” Ucap Yoo Kyung penasaran karena Donghae diam saja setelah memakannya. Biasanya kalau ia memasak apapun pria ini akan berkomentar, kurang asin atau kurang pedas. Tapi kini prianya ini hanya diam saja.

“Oppa? Bukankah Oppa ingin tahu apa yang aku bicarakan dengan Jong Soo sunbae? Bagaimana rasanya?”

Donghae mengangguk kecil sebagai jawaban. “Kemampuan memasakmu sudah ada kemajuan.” Puji Donghae dengan senyum. Yoo Kyung senang mendengarnya. Inilah yang selalu ingin dia dengar dari bibir suaminya ini ketika mencicipi masakan buatannya.

“Hari ini aku belajar memasak dari Jong Soo sunbae. Dia yang mengajariku berbagai masakan, dan inilah hasilnya.”

Donghae menghentikan suapannya, berganti memandang Yoo Kyung tidak mengerti.
“Apa maksudmu?”

“Chicken doritang, sup ginseng, capjae dan ikan tepung goreng itu adalah resep yang diajarkan Jong Soo sunbae padaku siang tadi, ketika aku dan ia ada di cafétaria universitas. Mungkin yang Oppa lihat hanya bagian terakhirnya saja, tidak dari awal.” Jelas Yoo Kyung dengan mulai memakan makanannya.
Donghae beranjak dari duduknya, menghampiri sang istri yang duduk berseberangan dengannya.

“Mianhamnida, Yoo. Aku tidak tahu, dan maaf juga karena aku sudah cemburu.” Lirih Donghae dengan memeluk leher Yoo Kyung pelan.

“Gwaenchana. Lagi pula, apa yang harus di cemburukan Oppa?”

Donghae melepas rangkulannya, “Tentu saja ada. Apa kau tidak sadar, sejak kau masuk orientasi kau jadi bahan pembicaraan anak-anak kedokteran? Bahkan sunbaenim mengatakannya tepat dihadapanku. Memuji kecantikanmu, senyummu. Membuatku kesal saja.” Donghae merengut sebal ketika ingat salah satu sunbaenya yang terang-terangan memuji Yoo Kyung. Untung saja saat itu ada Hyukjae dan Sungmin di sana, coba kalau tidak– pasti sunbaenya itu berakhir di rumah sakit.

“Malangnya nasibku mempunyai suami sepertimu. Pencemburu.” Sahut Yoo Kyung dengan nada prihatin karena mempunyai suami seperti Donghae.

“YA! Bukankah itu wajar, kau juga sebaiknya hati-hati, jangan dekat-dekat dengan pria lain.”

“Lalu, bagaimana kalau aku satu kelompok dengan pria? Itu kan pihak dosen yang menentukan aku dengan siapa.”

“Itu tetap tidak boleh,” ucap Donghae tidak mau kalah.

“Cemburumu tidak pada tempatnya. Stop! Aku malas berdebat denganmu, aku mau makan. Duduk di sana.” Ucap Yoo Kyung tegas dan menunjuk kursi yang ada di depannya tanpa menatap sang lawan bicara. Donghae mengerucutkan bibirnya. Kesal, sangat kesal. Kenapa ia jadi penurut begini setelah menikah? Kemana perginya sifatnya yang otoriter juga ketus?

***

“Yoo, bagaimana dengan tawaran Ryeowook Oppa kemarin?” Ucap seorang gadis berambut sebahu berpipi chubby pada temannya, Cho Yuen, sepupu Cho Kyuhyun.

“Yoo Kyung!!” Seru kedua gadis itu yang sedari tadi tidak dianggap keberadaannya oleh Yoo Kyung.

“Aigo, apa kalian ini tidak sadar bahwa suara kalian itu bisa merusak indera pendengaranku? Bahkan aku yakin semut pun akan langsung mati di tempat begitu mendengar teriakan kalian tadi.” Sungut Yoo Kyung dengan mengusap kedua telinganya yang berdengung. Untung saja keadaan kelas tidak begitu ramai, sehingga ketiga sahabatnya ini tidak terkena amukan teman-teman yang lain.

Jaekyung, Sung Hyo dan Yuen mendesis dan mencibir kalimat sahabatnya ini. Beginilah Yoo Kyung, bila wanita ini sudah sibuk membaca, menonton drama/film dan menatapi layar komputer pasti akan lupa dengan keadaan sekelilingnya. Bahkan lupa waktu, paling sering.

“Kau–”

“Kau tadi bicara apa Jaekyung-ah?” Sela Yoo Kyung ketika Yuen akan bicara.

Jaekyung menyerngit, “Naega? Anni.”

“Aku yang bicara, bodoh!” Yuen mendeplak kepala Yoo Kyung dari belakang hingga wanita ini terdorong ke depan, mencium buku novel yang tadi dibacanya. Yoo Kyung menatap tajam Yuen yang hanya nyengir kuda.

“Sopan sedikit dengan orang yang lebih tua darimu, Cho Yuen.” Desisnya geram.

“Aish.. Kau kan hanya lebih tua 3 bulan dariku, 2 bulan dari Sung Hyo dan 2 minggu dari Jaekyung.” Cibir Yuen dengan sedikit protes.

“Tapi, tetap saja kau harus sopan. Aku heran dengan Ryeowook Oppa, bagaimana bisa ia suka padamu huh?! Jangan-jangan Ryeowook Oppa semakin kurus karena ulahmu?”

“Ya! Ya! Apa maksudnya itu?”

Jaekyung dan Sung Hyo menggelengkan kepala bersamaan melihat kedua sahabatnya bertengkar.

“Selalu begini..” Desah JaeKyung yang diangguki Sung Hyo.

Acara ribut kedua wanita itu harus tertunda ketika seorang dosen masuk ke dalam kelas bersama seorang pria.

“Sepertinya siswa baru,” gumam Jaekyung dengan menoel siku Yoo Kyung. Mereka bertiga duduk dalam satu bangku memanjang. Satu bangku bisa di isi lebih dari 5-6 orang.

“Nde.”

“Good Morning student.” Sapa Miss Im dengan senyum ramah, dosen mata pelajaran Bahasa English.

“Morning, Miss.”

“Hari ini, di kelas kita ada siswa baru, pindahan dari China.” Miss Im menoleh ke sampingnya, seorang pria tinggi berkulit putih dan bermata sipit, hidung mancung dan bisa dibilang cukup tampan. Buktinya, hampir semua penghuni kelas ini terlihat begitu kagum, terutama perempuan. Lihat, Sung Hyo dan Yuen saja sampai terbengong begitu. Yoo Kyung menepuk keningnya melihat kelakukan kedua sahabatnya.

“Annyeong haseyo, naeun Joy Chen. Bangapta yeorobun.” Pria ini menundukan badannya dalam sebagai salam perkenalan.

“Nado bangapta, Joy.”

“Joy, silahkan kau cari tempat dudukmu.” Ucap Miss Im mempersilakan. Joy mengangguk, melangkah menuju bangku kosong tepat di belakang Yoo Kyung. Bangku di urutan ke-3 dekat dengan jendela yang menghadap arah taman universitas.

“Annyeong,” sapa Joy dengan mengulurkan tangan kanannya ke arah Yoo Kyung, sebelum pria itu duduk.

“Annyeong,” Yoo Kyung sedikit memberikan senyum simpul.

“Joy Chen.”

“Kim Yoo Kyung, senang berteman denganmu, Joy?” Sahut Yoo Kyung sedikit ragu ketika mengucapkan nama pria ini.

“Nde, aku juga.”

Joy terus memperhatikan Yoo Kyung meskipun kini ia sudah duduk di belakang wanita itu. Menatap punggung Yoo Kyung yang tertutup rambut hitam panjangnya. Ia tersenyum penuh arti ketika tadi berjabat tangan dengan wanita itu.

“Sepertinya tinggal di Korea tidak buruk,” lirihnya dengan mengeluarkan alat menulisnya.

***

“Maaf, Yoo Kyung-sshi?”

Yoo Kyung yang sedang fokus dengan menulis di buku catatan menghentikan kegiatannya, menoleh ke samping dan mendapati Joy ada di sana.

“Ye?”

“Bisa kau bantu aku sebentar?” Pinta Joy ragu namun begitu berharap.

Yoo Kyung menyerngit, “Bantu? Apa?”

“Bisa kau tunjukan letak gedung kedokteran di mana? Aku ingin menemui temanku.”

“Kedokteran? Oh.. Kau tinggal jalan lurus saja dari sini, menyebrang taman universitas itu, disitu sudah fakultas kedokteran.” Yoo Kyung menunjuk gedung yang berwarna putih abu dengan pintu kaca di seberang taman yang luas.

“Ehm.. Bisa kau antar aku ke sana? Aku sama sekali belum tahu letak-letaknya. Ku mohon,” Joy menunjukkan wajah memelas, berharap Yoo Kyung mau menuruti keinginannya.

Yoo Kyung nampak berfikir, di kelas ia hanya sendiri, sahabatnya entah pergi kemana.

“Baiklah,” Yoo Kyung akhirnya setuju. Wanita ini membereskan buku-buku, memasukannya ke dalam tas.

“Jincha?”

“Nde. Kajja.” Yoo Kyung berjalan lebih dulu kemudian disusul Joy yang nampak begitu senang.

***

“Yoo Kyung-sshi?” Panggil Joy ketika mereka berjalan berdampingan menuju fakultas kedokteran.

“Ye?”

“Anniya, tidak apa-apa.” Joy menggaruk tengkuknya, gugup. Ia ingin bertanya tapi ragu serta bingung harus memulainya dari awal.

Yoo Kyung menyerngit tidak mengerti, “Ah ya– Joy! Bukankah kau bilang kau ingin bertemu dengan temanmu, boleh aku tahu siapa dia?”

“Oh itu, namanya Lee Hyukjae, dia itu sepupuku.”

Yoo Kyung mengerjap beberapakali, “Kau.. Sepupu Hyukjae?” ulang Yoo Kyung terkejut. Joy mengangguk.

“Apa kau mengenalnya?” Joy bertanya dengan berbinar.

Yoo Kyung menelan ludahnya susah, “Nde. Tentu saja.” Ucapnya dengan suara tercekat.

Joy menatap Yoo Kyung berbinar. “Jinchayo? Bagaimana kau kenal dengannya?”

“Dia, teman sekolahku di SHS.” Yoo Kyung meringis ketika mengucapkannya. Wanita ini hanya tidak habis pikir bahwa Joy, pria asal China ini bersepupu dengan Hyukjae–The King of Yadong dan Playboy itu. Apa dunia tidak bisa lebih lebar sedikit? Kenapa harus Hyukjae?

“Hwaa!! Masa? Jadi kalian adalah teman lama? Aigo, beruntungnya aku!” Seru Joy senang. Yoo Kyung hanya tersenyum seadanya.

***

Donghae dan Hyukjae berjalan beriringan dari ruang laboratorium, setelah memeriksa beberapa tugas yang diberikan dosen pada mereka tadi pagi. Kini mereka berjalan menuju cafétaria, berniat mengisi perut yang terasa kosong setelah menguras pikiran.

“Aish.. Lama-lama aku bisa botak kalau begini, Hae-ya. Jincha! Kang seonsaenim benar-benar mengerikan! The Killer of Teacher.” Keluh Hyukjae dengan sengit. Kepalanya terasa berdenyut setelah 2 jam di dalam ruang laboratorium hanya untuk meneliti bakteri yang Donghae katakan minggu lalu. Meskipun tidak hanya mereka berdua yang ada di sana dan diberi tugas itu, tetap saja Hyukjae merasa yang paling pusing. Terlebih Kang seonsaenim orang yang begitu tegas, kesalahan secuil apapun akan mengurangi nilai. Itulah yang membuat Hyukjae uring-uringan bila mata pelajaran Kang seonsaenim datang.

Donghae mengulum senyum melihat temannya itu kesal dengan bibir yang terus menggerutu. Pria ini memasukan kedua tangannya ke dalam saku jas putih yang dipakainya. Jas almamater khas fakultas kedokteran Anyang.

“Bukankah aku sudah peringatkan padamu agar hati-hati ketika kau melakukan pemindahannya? Kau saja yang kurang hati-hati.”

“Aish.. Kau malah tidak membantuku, Hae-ya.” Desis Hyukjae bertambah kesal. Donghae tidak menjawab karena deringan ponselnya, pria ini segera mengangkat panggilan telpon itu yang ternyata dari Yoo Kyung.

“Yeobseyo, yeobo-ya?” Ucapnya begitu terdengar suara wanita dari seberang sana. Hyukjae yang ada di samping Donghae segera mencibir begitu mendengar nada berbeda dari suara Donghae.

“Mulai lagi…” Keluh Hyukjae malas.

“Anni, aku sudah selesai. Waeyo? Kau rindu dengan suami tampanmu ini?” Donghae terkekeh begitu mendengar seruan wanita di seberang sana. Ia senang bisa menggoda istrinya.

Detik ini juga, Hyukjae berasa ingin muntah begitu mendengar Donghae berkata seperti itu. Donghae yang melihat reaksi sahabatnya yang sedang pura-pura mual tidak ambil pusing.

“Nde. Ada, waeyo?”

“Oh. Nde, bogosipda, Kyung-ie. Annyeong.” Donghae menutup sambungan telpon dan tersenyum senang.

“Apa kau harus seperti ini bila Yoo Kyung menelponmu huh?” Hyukjae menggelengkan kepalanya lirih, ia merasa semakin mual sekarang. Apa lagi, ketika ingat suara lembut sahabatnya ini.

Donghae menoleh, tidak menyurutkan senyumannya. “Waeyo? Kau iri eoh? Kalau begitu, cepat menikah saja.”

“Cih.. Kau ini. Asal kau tahu, Hae-ya. Itu sangat menjijikkan!! Kau jadi berubah lebih lembut ketika bicara dengan Yoo Kyung. Aku heran apa yang Yoo Kyung lakukan sehingga bisa mengubah seekor Beruang jadi Ayam peliharaan.”

Donghae dengan tenangnya menoyor kening Hyukjae hingga mundur beberapa senti. Ia gemas dengan sahabat bodohnya ini.

“Enak saja, aku disamakan dengan Beruang! Kajja kita di tunggu Yoo Kyung di lobby.” Donghae segera menarik lengan Hyukjae tanpa memperdulikan pria itu yang memberontak.

Begitu sampai di lobby Donghae melambaikan tangannya ketika melihat Yoo Kyung yang sedang berjalan beriringan dengan seorang pria, sepupu Hyukjae.

“Yoo!!” Serunya keras. Donghae segera berlari menghampiri Yoo Kyung dan berniat memeluk wanita itu tapi ia urungkan begitu melihat tatapan tajam istrinya.

“Wae?” Rajuk Donghae dengan bibir mengerucut tanda protes. Yoo Kyung memutar matanya malas. Donghae lupa bila mereka masih di area universitas. Pria ini menghentakan kakinya sengit karena Yoo Kyung mengacuhkannya, malah berpura-pura melihat ke arah lain.

“Nyuk!!” Seru Joy dengan berjalan menghampiri Hyukjae dan memeluk pria itu hangat.

“Aih.. Ternyata kau sampai juga di sini huh? Aku pikir, kau tidak jadi pindah ke sini.” Balas Hyukjae tersenyum hangat.

Joy tersenyum lebar, “Tentu saja jadi. Bukankah sudah aku katakan aku pasti datang.”

Donghae menyenggol lengan Hyukjae, “Nuguya?”

“Ah! Aku lupa. Joy, ini Donghae, temanku sejak JHS. Hae-ya, ini Joy, sepupuku yang tinggal di China.” Hyukjae memperkenalkan mereka berdua.

“Annyeong, Joy Chen.” Sapa Joy ramah.

“Lee Donghae.” Donghae menyahut dengan datar. Pria itu bahkan sudah memasang tatapan waspada.

“Eh, Yoo. Kau, kenapa di sini?”

“Yoo Kyung mengantarku, Nyuk. Aku tidak tahu letak fakultas kedokteran sehingga aku memintanya untuk mengantarku menemuimu.” Jelas Joy dengan merangkul bahu Yoo Kyung.

Donghae sontak melebarkan matanya. Istrinya di sentuh pria lain di depan matanya. Tangannya mengepal, sedikit geram melihat istrinya di sentuh pria lain.

“Chongi, bisa kau lepaskan tanganmu dari gadis ini?” Pinta Donghae dengan sopan.

Yoo Kyung sadar akan tatapan Donghae yang seperti akan menerkam mangsa, melepaskan tangan Joy dengan halus.

“Ah.. Mianhamnida.” Joy tersenyum kaku. Hyukjae menggersah. Ia tahu, sahabatnya ini begitu pencemburu, apalagi setelah menikah. Jangan ditanya lagi..

“Oppa!” Desis Yoo Kyung gemas. Donghae tidak peduli, ia menatap tajam Joy yang sedang berbicara dengan Hyukjae.

“Joy, bagimana kau bisa kenal dengan Yoo Kyung?” Tanya Hyukjae ingin tahu. Bukankah Joy baru samapi ke Korea kemarin, tapi kenapa dia sudah mengenal Yoo Kyung?

“Kami satu jurusan,” sahut pria itu dengan tersenyum manis ke arah Yoo Kyung.

“Oh begitu. Eh.. Kau sudah makan siang?”

“Belum,”

“Kalau begitu kita makan bersama saja, kajja. Aku sangat lapar.” Hyukjae menarik lengan Joy, berjalan lebih dulu baru kemudian di susul oleh Donghae dan Yoo Kyung.

“Tampan ya?” Ucap Donghae tiba-tiba.

Yoo Kyung menoleh, “Apa?”

“Joy Chen, bukankah pria yang tampan? Kurasa, pasti banyak menarik perhatian di kalangan gadis-gadis.”

Yoo Kyung terkekeh, “Oppa, kau cemburu lagi. Aigo!”

Donghae mendengus kemudian memalingkan wajah. Yoo Kyung tiba-tiba menggenggam tangan kanan Donghae, pria itu menoleh ke samping. Yoo Kyung mengecup pipinya cepat, takut ada yang melihat.
Donghae memegangi pipi kanannya yang mendapat kecupan singkat dari sang istri.

“Jangan cemburu lagi eoh?” Yoo Kyung mengedipkan sebelah mata lalu tersenyum manis ke arah Donghae.

“Kau– harus bertanggungjawab nanti di rumah.” Bisik Donghae dengan seduktif. Yoo Kyung mendesis dan mencubit gemas lengan suaminya yang sedang ia gandeng.

“Maaf, yeobo, tapi aku sedang ada ‘tamu’. Jadi silahkan menunggu.” Setelah mengucapkan kalimat itu, Yoo Kyung segera berlari meninggalkan Donghae.

“Mwo? YA! Kim Yoo Kyung!!!” Seru Donghae mengejar Yoo Kyung yang sudah bersama Hyukjae dan Joy.

Continue…

16 comments

  1. Hahahaha aigo donghae lucu kalo cemburu… Waaaaah seperti’y donghae harus waspada nie mulai da saingan baru #lirikjoy #plaaaak

  2. Aigo, bang ikan cemburuan banget siCh. Cemburunya jangan banyak2, oppa. Kan gawat kalau gak bisa ditahan. Kkk

  3. Hahaha,, tingkat kecemburuan Hae udah akut tuh,, kkk
    Joy?? Boleh juga tuh,, kkk
    Makin manis aja kopel nih ,, 🙂

  4. hallo thor, sorry baru comment di part 3 hhi.. biar meresapi bacaanya dan tau mau comment apaan hahaha… ceritanya bagus banget. senengnya punya suami yang cemburuan hhii..udh tampan cemburuan kedokteran lagi. aaakkkkkk.. aku langsung baca part selanjutnya ya!
    daebak! ^^

  5. anyeong,,,maaf bru coment,,critanya ringan,,aku suka,,trus pling suka krn haeppa gk sedih2 amat,,biasanya kn dia dijadikan tokoh ke 3 yg slalu kalah diakhir,,,oh ya,,motif kedua orng tua mrk pengen mrk bersatu apa ya??mungkin memang dijodohkan,,,hhhhh,,kutunggu karyamu selanjutnya,,,

  6. joy chen saingan berat donghae nich kayaknya
    apalagi joy udah keliatan banget tertarik ama yoo kyung
    donghae harus waspada dengan sikap istrinya yang polos dan mudah dimanfaatkan

  7. Joy tertarik deh dengan jookyung..dan kadar cemburu donghae meningkat..jookyung setelah menikah aura kecantikanya meningkat apalagi banyak para namja yg tertarik..ku harap hubungan mereka selalu bertahan walau godaan selalu datang…

Leave a reply to Rinie moet Cancel reply